KLATEN || Infoliputan.com |
Tinggal menghitung hari perayaan Natal dan Tahun Baru akan berlangsung, hal tersebut ternyata membawa keberkahan tersendiri bagi mereka yang berprofesi sebagai pemangkas rambut, sebab beberapa hari belakangan intensitas orang yang hendak merapikan rambut, terlihat naik peminatnya tidak seperti hari-hari biasanya, Kamis sore ketika mendatangi kios Cak Pur, terlihat ada beberapa pengunjung yang sedang antre ( 19/12/2024 ).
Cak Pur lelaki berperawakan kecil yang berprofesi sebagai tukang potong rambut Madura, mengatakan pada wartawan ” Kalau menjelang hari hari besar keagamaan atau hari libur sekolah, dan mendekati puasa atau lebaran memang selalu laris, mas tukang tukang potong, maupun salon rambut, barbershop dan sejenisnya, karena menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru 2025, memang banyak masyarakat yang ingin tampil rapi dan bersih, hal tersebut di samping menambah kepercayaan diri juga terlihat lebih gimana gitu, kata pelanggan saya, karena menurutnya kan di hari tersebut bertepatan dengan pertemuan keluarga juga sanak saudara dan rekan rekan yang kebetulan mendapatkan libur maupun cuti hari raya, dan ada juga yang memang sengaja bercukur karena berniat merayakan tahun baru dengan penampilan yang baru, serta buang sial, dan beragam alasan lain banyak mas, meski tak jarang juga yang bercukur karena memang rutin selalu ingin berpenampilan rapi tiap Minggu sekali, yang pasti apapun alasannya memang pada dasarnya mereka cocok dengan gaya potongan rambut di kios kami mas, disamping harga yang relatif lebih murah, juga pelayanan yang cepat mungkin, itu tanya saja sama mereka yang habis bercukur disini mas, saya juga penasaran apa komentarnya, ” papar Cak Ari di sela sela kesibukan memangkas rambut.
Lebih lanjut di tanyakan tentang intensitas banyaknya pasien yang bercukur di kiosnya, sembari terkekeh dia mengatakan ” ya ga mesti mas, namun Alhamdullilah, menjelang Nataru, ini rata rata saya bisa mengerjakan 15 hingga 20 orang pasien, tergantung dari model dan gaya rambut yang diinginkan, karena hal tersebut mempengaruhi jumlah waktu yang dihabiskan guna mencukur rambut, kalau hari hari biasa paling 5 sampai 10 orang per hari mas, ya bersyukur ini bisa sampai 20 terkadang naik turunnya, ini per pemangkas rambut ya maksudnya, karena kalau di kios kita kan ada 4 orang yang memangkas rambut jadi rata rata per orang pegawai inti ini ya segitu mas, kalaupun ada yang hanya 5 sampai 10 itu karena sifatnya dia membantu saat yang lain istirahat, yang aktif ya 3 meja ini mas, jumlah ini masih terbilang sedang ya karena justru melubernya itu ketika saat awal masuk sekolah atau menjelang puasa dan lebaran mas, karena kan kalau menjelang lebaran itu rata rata banyak yang tutup, nah kita menampung pasien itu kadang sampai malam menjelang tarawih mas, paling istirahat sebentar pas buka puasa, ” Pungkasnya.
Terpisah Gogon seorang pasien Pangkas rambut mengatakan pada wartawan saat dimintai komentar ” saya itu seneng potong rambut disini, karena disamping sesuai dengan model yang saya inginkan juga cepat mas proses pengerjaannya, kalau pas tidak antri banyak, ya kita maklum lah kalau sampai antri, wong ya namanya potong rambut murah meriah, Rp 13.000 saja mas plus 3000 kalau sambil keramas sekalian, kalau saya cocok sih mungkin kalau anak anak muda lebih memilih barbershop ya, karena lebih gaul, tapi kalau menurut saya sama saja di lihat dari hasil ” paparnya
Disisi lain menurut artikel VIVA disebutkan bahwa awalnya Penduduk Madura belajar pangkas rambut untuk bertahan hidup setelah dipaksa keluar dari daerahnya pada tahun 1947 karena konflik politik, kemudian setelah konflik politik, banyak penduduk Madura yang merantau ke berbagai daerah dan menjalani berbagai profesi, termasuk menjadi tukang cukur, disamping Madura juga banyak daerah lain yang memiliki cerita hampir serupa diantaranya Garut dan Minangkabau Sumatra.
Sementara dari buku Indonesia Poenja Tjerita (2016) karya Sejarawan RI, disebutkan jika konflik Trunojoyo dan Amangkurat II pada 1677, menjadi cikal bakal munculnya usaha cukur rambut khas Madura di berbagai daerah di Indonesia, konflik tersebut menyebabkan pengikut Trunojoyo bermigrasi dan tidak ingin kembali lagi ke Madura, mereka yang mengungsi di berbagai wilayah kemudian menjadikan jasa cukur rambut sebagai pekerjaan utamanya untuk bertahan hidup.
Menurut sumber yang lain pada 1911, orang Madura kebanyakan membuka jasanya ini di tepi jalan dan di bawah pohon besar di kawasan Surabaya, bahkan hingga saat ini, di beberapa daerah di Indonesia, seperti Jakarta, juga masih bisa ditemui praktik cukur rambut hanya menggunakan kursi, cermin serta peralatan cukur seadanya.
Dalam berbagai sumber Sejarah potong rambut sendiri disebut-sebut sudah ada sejak zaman purba, jauh sebelum Robert Hincliffe asal Inggris menemukan gunting pada 1761, di Indonesia, jejak tukang cukur jalanan bisa ditemukan pada dokumentasi foto-foto zaman kolonial Belanda. Misalnya dokumentasi foto Indonesia tempo dulu milik KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) yang bermarkas di Leiden, Belanda, Lembaga ini menyimpan banyak koleksi foto para tukang cukur rambut jalanan di beberapa kota besar Indonesia mulai periode 1911 sampai 1930-an.
Belum ada catatan yang pasti kapan pertama kali sejarah para tukang cukur rambut muncul di Indonesia, namun dalam beragam sumber memang disebutkan kalau budaya tukang cukur yang ada di Indonesia berasal dari daratan Tiongkok China, bagaimanapun keberadaan tukang cukur atau jasa pangkas rambut ini, memang sangatlah di butuhkan, dan disisi lain menyimpan potensi yang lumayan menjanjikan bagi yang menekuni, terlebih di musim musim tertentu.
( Pitut Saputra )