Blitar,infoliputan.com – Pemerintah Desa Jatitengah, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, kembali akan menggelar acara tahunan Bersih Desa Jatitengah 2025 sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi serta pelestarian budaya dan adat leluhur. Kegiatan ini diisi dengan berbagai acara budaya tradisional, religi, serta hiburan rakyat yang melibatkan seluruh warga desa.
Rangkaian kegiatan yang diawali pada Minggu, 20 Juli 2025 dengan Kirab Panji dan Tumpeng yang dimulai pukul 12.30 WIB dari Masjid Jami’ Al Hikmah dan berakhir di Kantor Desa Jatitengah. Rute kirab melewati sejumlah titik penting desa seperti perempatan RW 4 dan pertigaan jalan raya Jatitengah, menampilkan nuansa kultural yang kuat.
Masih di hari yang sama, pukul 16.00 WIB, digelar Kenduri Bersama yang berlangsung di Kantor Desa Jatitengah. Setiap warga diimbau membawa takir atau berkat minimal dua sebagai simbol kebersamaan dan doa syukur atas berkah yang diterima masyarakat desa.
Puncak acara Bersih Desa Jatitengah akan dilaksanakan pada Jumat, 25 Juli 2025 pukul 19.30 WIB dengan Pagelaran Wayang Kulit dan Ruwatan. Pagelaran ini akan menghadirkan dalang kondang Ki Redi Mbelung Pedet yang siap memukau warga dengan kisah sarat pesan moral dan spiritual.
Kemeriahan berlanjut pada Sabtu, 26 Juli 2025 pukul 19.00 WIB dengan pentas budaya di Kantor Desa Jatitengah. Acara akan dimeriahkan oleh Tari-Tarian dari LPJ (Lembaga Pendidikan Jatitengah), Jaranan “Putro Jati Budoyo”, Reog Ponorogo dari kelompok “Manggolo Mudho” atraksi seni ini menjadi bagian penting dari pelestarian budaya tradisional khas Jawa Timur, khususnya bagi generasi muda di Blitar.
Sebagai penutup rangkaian kegiatan, masyarakat Desa Jatitengah akan mengikuti Jalan Sehat dan Hiburan Elektone pada Minggu, 10 Agustus 2025. Acara diawali dengan senam bersama pukul 06.00 WIB, dilanjutkan jalan sehat pukul 07.00 WIB dengan titik start dan finish di Kantor Desa Jatitengah.
Kepala Desa Jatitengah, Yarmono menyampaikan bahwa Bersih Desa Jatitengah 2025 merupakan bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi dan keselamatan desa. Selain itu, kegiatan ini menjadi sarana untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga serta menjaga warisan budaya lokal agar tetap hidup dan dikenal generasi mendatang.
“Ini bukan sekadar tradisi, tapi juga bentuk cinta kami terhadap budaya. Semoga menjadi berkah dan tetap lestari,” ujarnya