Prosesi Tedak Siten di Dukuh Gabahan Rt 02 RW 09 Delanggu Klaten

KLATEN-infoliputan.com

Beberapa waktu lalu berlangsung Upacara Tedak Siten ananda Badzlin Zidni Ilmi Syazani pada hari Minggu ( 17/11/2024 ) Tedak Siten sendiri adalah upacara adat Jawa yang dilakukan ketika bayi menginjakkan kaki ke tanah untuk pertama kalinya, Upacara ini biasanya dilakukan ketika bayi berusia sekitar tujuh atau delapan bulan, atau dalam kalender Jawa, yaitu tujuh lapan, kata “tedak” berarti menapakkan kaki, sedangkan “siten” berarti tanah, upacara berlangsung di halaman rumah kedua orangtuanya yakni  Ajeng Dyah Larasati & Revine Hasan Qodri Azizi, Warga Dukuh Gabahan Rt 02 Rw 09 Delanggu Klaten.

Menurut Bp Kyai Syafarudin, ( 19/11/2024 ) saat ditemui wartawan, mengatakan si anak lahirnya pada Senin Wage 2024, dan Minggu kemarin genap 7 bulanan, karenanya digelar Upacara tersebut yang memiliki beberapa tujuan, di antaranya, yakni : membuat anak tumbuh kuat, mampu menghadapi rintangan dan godaan, serta menjadi anak yang mandiri, dalam Upacara Tedak Siten, juga terdapat beberapa prosesi dan simbol yang memiliki makna tertentu, di antaranya adalah :
1. Tangga tebu
Tangga yang terbuat dari pohon tebu dengan daun berjumlah tujuh dan warna hitam melambangkan perlindungan dan penolakan terhadap setan.
2. Uang kertas
Uang kertas yang ditempel pada sisi pegangan tangga akan diambil oleh beberapa orang yang berebut.
3. Udik Udhik
Beras kuning yang dicampur dengan bunga, uang logam, dan empon-empon disebar dan dibagikan kepada anak-anak dan orang dewasa.
4. Kembang setaman
Bunga melati, mawar, dan kenanga yang melambangkan agar anak membawa keharuman bagi lingkungan dan orang tuanya.
Kurungan ayam jago
Melambangkan dunia fana yang terbatas dan lingkungan masyarakat yang akan dimasuki anak.
5.Jenang blowok
Jenang merah putih dan jenang katul (bekatul) yang melambangkan perjalanan hidup yang tidak selalu mulus.

Keranjang kurungan salah satu perlengkapan dalam prosesi Upacara Tedak Siten

Dalam prosesi upacara tedak siten, biasanya warna warna yang digunakan pada jadah ( makanan khas Jawa ) memiliki makna yang mendalam :
1. Merah: Melambangkan keberanian, agar anak berani dalam melangkah hidup
2. Kuning: Melambangkan kekuatan lahir dan batin yang harus dimiliki seseorang
3.Putih: Melambangkan kesucian hati dan pikiran
4. Merah muda: Melambangkan cinta dan kasih sayang kepada orang tua, keluarga, dan sesama
5. Biru: Melambangkan ketenangan jiwa dalam melangkah hidup
6.Hijau: Melambangkan lingkungan sekitar dan kesuburan
7.Ungu: Melambangkan kesempurnaan atau puncak.

Dalam upacara tedak siten, anak dipandu untuk berjalan di atas jenang yang terbuat dari beras ketan dengan tujuh warna yang berbeda, susunan jadah dari warna gelap ke terang menggambarkan bahwa masalah yang akan dihadapi anak beragam bentuknya, mulai dari ringan hingga berat.

Makna dari tradisi Tedak Siten atau upacara menapakkan kaki ke tanah untuk pertama kalinya bagi seorang anak, Kata “tedak” berarti turun atau menapakkan kaki, sedangkan “siten” berarti tanah.
Tedak Siten merupakan tradisi masyarakat Jawa yang memiliki beberapa makna, di antaranya:
Penghormatan kepada bumi tempat anak pertama kali menginjakkan kakinya
Harapan agar anak tumbuh kuat, mandiri, dan mampu menghadapi rintangan, harapan agar anak berbakti kepada orang tua, negara, dan agama, serta harapan agar anak kelak sukses dan bahagia.

Anak Bayi Didampingi kedua Orangtuanya memanjat tangga, sebagai simbolisasi perjalanan kehidupan

Ini merupakan simbolisasi hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam, jelas Pak Kyai Syafarudin menambahkan, dalam upacara Tedak Siten, terdapat beberapa perlengkapan dan tahapan yang memiliki makna serta arti tertentu, di antaranya:
1. Jadah tujuh warna melambangkan kehidupan anak dan warna-warni yang menghiasi melambangkan lika-liku perjalanan hidup anak
2. Tangga tebu melambangkan harapan agar anak memiliki sifat bertanggung jawab dan tangguh
3. Pasir melambangkan bekerja dan mendapatkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
4. Kembang setaman melambangkan diharapkan anak dapat membawa keharuman bagi orang tua, diri sendiri, dan lingkungannya
5. Beras kuning melambangkan harapan agar anak kelak hidup makmur dan sejahtera

Tedak Siten yang merupakan upacara pada saat anak turun tanah untuk pertama kali, atau disebut juga mudhun lemah atau unduhan, dipercaya masyarakat Jawa yang beranggapan bahwa tanah mempunyai kekuatan gaib,

Tri Prasongko Putro Ketua Rt 02 Gabahan, mengatakan upacara Tedak Siten berlangsung saat anak berusia 7 lapan kalendar jawa atau 8 bulan kalender masehi, Dia bersyukur karena masih ada warganya yang melestarikan budaya dan tradisi Jawa kuno ini, hal tersebut Disamping sebagai sebuah upaya pelestarian adat dan tradisi, juga merupakan sebuah edukasi bagi masyarakat di era mas ini, bahwa semestinya kita tetap ingat warisan budaya leluhur yang begitu agung dan penuh makna, agar kita tidak lupa darimana asal kita pungkasnya.

Disaksikan Tamu Undangan yang hadir, si anak melangkah tenang melewati beberapa simbolisasi kehidupan.

Dalam Upacara tersebut si anak memilih pena, dari sekian banyak hadiah yang ada, menurut Pak Kyai dengan dipilihnya pena tersebut kemungkinan di anak Kedepan akan lebih memilih dalam hal menimba ilmu pengetahuan, dan kemungkinan dia akan senang menulis seperti sampeyan ha..ha…paparnya saat di wawancarai wartawan.

( Pitut Saputra )